PAPDI JAYA – Sel punca tampaknya dapat digunakan untuk mengatasi kerusakan pada sel otot jantung, demikian dilaporkan sebuah penelitian. Menurut National Institutes of Health Departemen Kesehatan Amerika Serikat, sel punca merupakan sel yang tidak khusus, tetapi mempunyai kemampuan membelah menjadi sel yang khusus seperti sel otot, darah merah, atau otak. Terdapat dua jenis sel punca. Pertama adalah sel punca embrionik yang didapatkan saat usia embrio berumur tiga sampai lima hari. Kedua adalah sel punca dewasa yang ditemukan di berbagai organ dan jaringan, termasuk jantung yang disebut dengan stem cell niche.
Penelitian yang dimuat dalam Indonesian Journal of Internal Medicine memperlihatkan keamanan penggunaan sel punca, dengan kombinasi pemberian granulocyte colony-stimulating factor dan erythropoiein,yang diinjeksikan langsung melalui pembuluh darah jantung pasien dengan serangan jantung baru. Didapatkan pula peningkatan fungsi bilik jantung dari waktu ke waktu.
Dalam studi ini, para peneliti yang dipimpin oleh Prof. Dr. dr. Teguh Santoso Sukamto, SpPD-KKV, SpJP, PhD, FINASIM, FESC, FACC melakukan terapi sel punca pada 18 pasien yang mengalami serangan jantung baru dengan cara kateterisasi jantung. Kateterisasi merupakan tindakan untuk memasukkan suatu alat ke dalam pembuluh darah jantung melalui pembuluh darah yang ada di lengan atau paha. Kemudian, seluruh pasien dinilai fungsi kinetik bilik jantung pada bulan ke-0, -3, dan -12 setelah tindakan katerisasi dengan magnetic resonance imaging.
Tim peneliti dari Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSUPN Cipto Mangunkusumo, RS Kanker Dharmais, dan RS Medistra ini tidak mendapatkan seorang pun pasien yang mengalami kematian, kerusakan otot jantung berulang, stroke, gangguan irama jantung, perburukan karena gagal jantung, atau penyumbatan berulang dalam satu tahun. Hasil uji klinis tahap pertama yang dilaporkan tahun 2011 ini sangat menjanjikan untuk dilanjutkan ke tahap berikutnya.
Terapi sel punca penting diteliti lebih lanjut karena seringkali pasien dengan serangan jantung datang terlambat, sehingga telah terjadi kerusakan sel otot jantung permanen. Sel otot jantung manusia merupakan sel yang dapat memperbaiki diri, namun sayangnya kecepatannya lambat. Dengan terapi sel punca ini,sel-sel otot jantung yang baru terbentuk diharapkan dapat meningkatkan fungsi kinetik jantung.
Apalagi saat ini, serangan jantung atau yang disebut dengan penyakit jantung koroner (PJK) sering terjadi pada usia muda. Sumber dari American Heart Journal memperlihatkan kejadian PJK di Amerika Serikat adalah sekitar 10% pasien dengan usia di bawah usia 45 tahun. Dalam penelitian lain yang juga dari jurnal yang sama bahkan menyebutkan 37% kematian usia 21-30 tahun dan 80% kematian usia 31-40 tahun yang diotopsi disebabkan PJK. Jika tidak meninggal pun, tingkat produktivitas usia muda akan terbatas jika telah terjadi kerusakan jantung. Oleh karena itu, terapi sel punca merupakan suatu terapi yang menjanjikan.
Sumber: Santoso T, Irawan C, Alwi I, et al. Safety and Feasibility of Combined Granulocyte Colony Stimulating Factor and Erythropoetin Based-Stem Cell Therapy Using Intracoronary Infusion of Peripheral Blood Stem Cells in Patients with Recent Anterior Myocardial Infarction: One-Year Follow-up of A Phase 1 Study. Acta Med Indones. 2011; 43: 112-21. Available at: http://www.inaactamedica.org/index_sub.asp?fuseaction=search_detail&id=225
(fel/sim)