PAPDI JAYA – Tekanan darah tinggi merupakan penyakit kronis yang penatalaksanaannya memerlukan penanganan yang berkelanjutan. Pasien kadang merasa takut untuk mengonsumsi obat dalam jangka panjang mulai dari takut merusak ginjal, merusak hati, dan lainnya. Padahal hal tersebut belum tentu benar. Akhirnya mulailah masyarakat mencari obat herbal yang disinyalir aman untuk dikonsumsi karena berasal dari alam, serta lebih murah dan mudah didapat.
Kecenderungan konsumsi fitofarmaka semakin meningkat di seluruh dunia. Di negara maju seperti di Amerika Serikat dilaporkan 40% populasi secara umum dan 48,5% di Australia menggunakan obat herbal. Untuk tekanan darah tinggi atau yang biasa disebut hipertensi, 63,9% pasien pada sebuah klinik menggunakan obat herbal bersamaan dengan obat antihipertensi konvensional. Di Indonesia pun penjualan obat herbal dilaporkan terus meningkat dari Rp. 1,5 triliun (tahun 2007) menjadi Rp. 10 triliun pada tahun 2010.
Jinten hitam, yang dalam bahasa Latin Nigella sativa merupakan fitofarmaka yang paling banyak diteliti manfaatnya. Tanaman ini awalnya berasal dari Asia Timur yang mudah didapatkan di Indonesia dan harganya relatif murah sehingga sangat populer di Indonesia. Masyarakat banyak menggunakan jinten hitam atau habatussaudah ini karena diyakini manfaatnya untuk menurunkan tekanan darah, gula darah, kolesterol dan lain-lain. Pada penelitian di laboratorium dan pada hewan coba, memang terbukti jinten hitam dapat menurunkan tekanan darah meskipun tidak terlalu signifikan, namun manfaatnya pada manusia terutama pada pasien usia lanjut dengan hipertensi belum jelas.
Aulia Rizka, peneliti yang merupakan staf Divisi Geriatri Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/ RS Cipto Mangunkusumo memperlihatkan bahwa berdasar penelitian, konsumsi jinten hitam ternyata tidak menyebabkan penurunan tekanan darah pada pasien usia lanjut dengan hipertensi.
Penelitian ini dilakukan pada 76 pasien usia lanjut dengan hipertensi di tiga poliklinik di RS Cipto Mangunkusumo dengan cara acak dan tersamar. Pasien hipertensi diberi ekstrak biji jintan hitam atau habatussauda 300mg sebanyak dua kali sehari selama 28 hari. Kemudian tekanan darah diukur pada hari pertama dan ke-29. Pada akhir penelitian ternyata didapatkan pasien yang mendapat jinten hitam tidak mengalami penurunan tekanan darah yang lebih besar bila dibanding yang tidak mendapat jinten hitam.
Penelitian oleh dokter Spesialis Penyakit Dalam ini bahkan menemukan efek samping seperti rasa tidak enak pada perut, mual, dan konstipasi pada beberapa subjek. Namun, tidak didapatkan gangguan elektrolit, gangguan fungsi ginjal atau hati.
Penurunan tekanan darah pada pasien usia lanjut penting dilakukan. Hal ini telah dibuktikan oleh sebuah penelitian berskala besar dengan 1670 pasien yang menyimpulkan bahwa penurunan tekanan darah pada pasien berusia diatas 60 tahun akan menurunkan kematian dan terjadinya masalahjantung dan pembuluh darah dalam 4,5 tahun mendatang.Menurunkan 10 mmHg tekanan darah sistolik atau 5 mmHg tekanan darah diastolik pada usia 65 tahun berarti menurunkan 25% risiko kematian otot jantung, 40% risiko strok dan 50% risiko gagal jantung. Penting sekali diketahui oleh masyarakat untuk mengontrol tekanan darah dengan benar terutama pada usia tua. Kontrol dan berobat teratur ke dokter Spesialis Penyakit Dalam akan sangat bermanfaat untuk dapat mengendalikan tekanan darah dan mengurangi komplikasi hipertensi.
Sumber: Aulia Rizka. Pengaruh ekstrak biji Nigella sativa terhadap penurunan tekanan darah pasien usia lanjut dengan hipertensi: Uji klinis acak tersamar ganda. Tesis. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2012.
(fel/aul)